Meski upacara minum teh di Jepang sudah tidak populer lagi, teh hijau
tetap menjadi bagian dalam gaya hidup modern di Jepang.
Teh hijau atau ryokucha adalah jenis teh yang lazim dikonsumsi
sehari-hari oleh masyarakat Jepang. Maka, tak heran jika mereka menyebut
teh hijau hanya dengan sebutan ‘teh’ saja, atau ‘ocha’ dalam bahasa
Jepang. Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian
setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke
China di era Dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Koki menulis tentang
Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta
bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Omi di tahun 815.
Pada masa itu, teh juga masih berupa hasil fermentasi setengah matang
mirip teh oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan cara
merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil
agama Buddha. Teh baru dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan
minum teh tidak sempat menjadi populer. Di zaman Kamakura, pendeta
Myoan Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil
memperkenalkan matcha (serbuk teh hijau) yang dibawanya dari Tiongkok
sebagai obat. Sejak saat itu mulai berkembang berbagai aliran upacara
minum teh yang jumlahnya hingga mencapai lebih dari 30 aliran.
Saat ini, meski upacara minum teh tidak lagi dipraktekkan sehari-hari,
budaya mengonsumsi ocha baik untuk minuman maupun keperluan lain, masih
tetap dilakukan masyarakat Jepang. Setidaknya ada beberapa jenis ocha
yang populer di Jepang, seperti sencha, konacha, gyokuro dan matcha.
Sencha adalah jenis ocha yang paling umum dikonsumsi oleh masyarakat
Jepang, sementara gyokuro adalah jenis ocha yang paling mahal karena
citarasanya yang lebih tinggi.
Selain berkaitan dengan budaya di masa lalu, faktor sejarah dan manfaat
juga mendasari mengapa masyarakat Jepang masih setia mengonsumsi ocha
hingga saat ini. Sejak lama, ocha diketahui memiliki kandungan yang
memberi banyak manfaat kesehatan bagi manusia. Seperti diberitakan
Herald Tribune awal Agustus lalu, para model kelas dunia saat ini mulai
gandrung mengonsumsi ocha. Karena ocha dapat memberikan efek relaksasi
di tengah pekerjaan sebagai model yang padat dan membuat stres.
Selain itu, ocha juga dapat dikombinasi dengan madu atau bunga sakura
untuk meningkatkan efek relaksasi. Sekarang ini, Ocha tidak hanya
sekadar dikonsumsi dengan cara diseduh, diminum atau sebagai pendamping
makan. Banyak jenis kuliner populer lain yang dibuat dengan memanfaatkan
ocha. Matcha, misalnya, sering dimanfaatkan untuk membuat es krim, kue
dan parfrait yang dikombinasikan dengan buah atau makanan pada musim
yang berlangsung. Matcha adalah serbuk daun ocha yang di masa lalu
sering digunakan untuk upacara minum teh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar